Drs. KH. Mustain Syafi'I, M.Ag.
(Mudir Madrasatul Qur'an PP. Tebuireng Jombang)
Bismillah
Tak ada pemeluk agama manapun yang hafal Kitab Sucinya seperti pemeluk agama Islam. Kitab-kitab Samawi yang turun sebelum Al-Qur'an hanya Nabi yang bersangkutan saja yang hafal, umatnya tidak. Lain dengan al-Qur'an al-Karim yang senyum dan menyapa seluruh pemeluknya, sehingga tidak hanya Nabi Muhammad SAW saja yang hafal. Banyak anak-anak di bawah usia 10 tahun sudah dikaruniai hafal al-Qur'an 30 juz sempurna. Al-Imam Al-Syafi'iy salah satu contohnya. Why?
Karena al-Qur'an satu-satunya Kalam yang oleh Allah sengaja dirancang khusus untuk mudah dihafal. Tuhan sendiri, dengan gaya sumpah-Nya yang khas turun tangan menjaga keutuhan Kalam-Nya (Al-Hijr: 9). Terhitung empat kali bersumpah mempermudah Kalam-Nya untuk dihafal, (Al-Qomar: 17, 22, 32, dan 40). Inilah fasilitas yang disediakan Tuhan bagi hamba-Nya. Hanya mereka yang dirahmati secara khusus saja yang cerdas berminat.
Ternyata pernyataan Tuhan itu dibahasakan dengan metode jama' “inna, nahnu nazzalna, hafidzun dan yassarna”. Meski fisiologis balaghah acap kali membidik faedah “ta'dhim” atas kebesaran Allah, “lil'adhomah sya'nih”, tetapi penulis cenderung ke faedah “isytirak”, gabungan yaitu kesan bahwa Tuhan tidak memonopoli menjaga Kalam-Nya sendirian. Tuhan memberikan kesempatan hamba-Nya agar mau bergabung bersama-Nya menjaga Kalam Suci itu. Maka wajar Tuhan bertanya, “fahal mim muddakir?” ayo, siapa diantara kalian yang mau ikutan menghafal?
Ternyata Tuhan tidak merayu dengan sabda kosong, melainkan memberikan janji istimewa dan penghargaan tinggi terhadap penghafal al-Qur'an. Disabdakan bahwa hamil al-Qur'an diaku sebagai keluarga-Nya menjadi keluarga-Nya sendiri. Wow! Apa ada keluarga yang lebih elite, lebih terhormat dibanding menjadi keluarga Tuhan. Iming-iming terendah adalah al-Qur'an pasti mengawal pembacanya di setiap event-event akhirat. Kalau di alam kubur, al-Qur'an hadir melindungi hingga ia bisa tidur nyenyak. Di Padang Mahsyar, al-Qur'an hadir mengayomi. Kala melintasi jembatan, al-Qur'an membimbingnya hingga lolos menuju Sorga. Ketika di Sorga, al-Qur'an hadir menghibur dan membahagiakan.
Kini mas Hanif dan mbak Ida, pasangan ilmuwan suami istri ini dikaruniai Tuhan punya metode menghafal yang amat sempurna, mudah, dan lekat. Sekali lagi, “lekat”. Lekat, tak gampang hilang dan sempurna sampai nomor ayat pun terhafal lekat. Bahkan sekalian terjemahnya. Tidak saja hafal secara urutan ayat seperrti lazimnya para penghafal al-Qur'an konvensional, bahkan hafal dengan bacaan bolak-balik atau comotan.
Seorang bocah 8 tahunan ditanya: “Ayat nomor sekian surah ini, apa bunyinya dan gimana terjemahannya?”. Bocah kurus itu menjawab dengan tepat sambil bermain. Metode konstruktif ini telah menyebar ke berbagai daerah dan telah diakui para pakar. Buku Teknik Menghafal Al-Asma Al-Husna yang terbit sebelumnya adalah bukti tak terbantahkan. Kini metode yang sama diterapkan pada Kalam Suci al-Qur'an, dengan mengambil juz 30 sebagai langkah awal.
Dalam buku ini teks ayat ditulis tersendiri sebagai upaya purifikasi atas Kalam Suci dan terjemahan disendirikan mendampingi. Lalu ada antaran metode, seperti rumus, “Teri, Padi, Dot, Donat, dan seterusnya”. Semua itu sekedar cara yang sama sekali tak apa-apa dan tidak berefek hukum apa-apa. Orang bijak tidak akan memasalahkan hal yang tak apa-apa menjadi hal yang apa- apa. Justru cara mempermudah kebajikan adalah kebajikan.
Karena menyangkut al-Qur'an, maka berbagai hukum menyertai. Antara lain: pembacaan ayat al-Qur'an terkait dengan hukum tajwid, maka Tutor wajib memperhatikan bacaan secara bagus dan benar. Pengguna buku ini wajib bersikap hormat dan tidak menaruh di tempat yang tak layak, meski tidak wajib bersuci lebih dahulu tuk membawanya.
Mas Hanif dan mbak Ida telah mendaftarkan diri dan bergabung dengan Tuhan dalam kerja mempermudah dan menjaga Firman-Nya. Buku teknik menghafal telah ada di tangan Anda, maka tak ada alasan untuk bermalas-malas sekedar menghafal surah-surah pendek. Berdosa membiarkan anak dan keluarga jauh dari al-Qur'an. Betapa nikmat hafal surah-surah pendek. Dada menjadi lapang, fikiran jadi bebas dan hati pun fresh. Bacaan shalat bisa bervariasi sesuka hati, tidak lagi-lagi “Qul Ya dan Qul Hu”. Anda pasti sangat senang diakui sebagai keluarga Tuhan.
Barakallah fik
Tebuireng, Juli 2006
AHMAD MUSTA'IN SYAFI'I
(Mudir Madrasatul Qur'an
Pondok Pesantren Tebuireng Jombang)
Prof. Dr. AAHMAD ZAHRO, MA
(Direktur Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya)
Naib Ra'is Majlis 'Ilmiy (Wk. Ketua Dewan Pakar)
Pengurus Pusat Jam'iyyatul Qurra' wal Huffadh (Himpunan Para Pelantun dan Penghafal Al-Qur'an) seluruh Indonesia.
Bismillaahirrahmaanirrahim
Luar biasa, bahkan amat ajaib! Itulah kalimat yang secara spontan terungkap ketika penulis buku ini menemui saya di masjid Nasional Al-Akbar Surabaya sambil menyodorkan kertas berisi kotak-kotak kosong 10 ke samping dan 5 ke bawah. Saya diminta mengisi angka semau saya sampai ke 50 kotak itu terisi penuh angka-angka secara acak. Kemudian kertas yang telah terisi angka sekenanya itu diberikan pada anak didik penulis yang kira-kira baru berumur 5-6 tahun untuk dicermati dan dihafalkan. Dalam waktu kurang dari 5 menit kertas itu diminta kembali dan diberikan saya, lalu anak tersebut disuruh menyebutkan ke 50 angka tadi secara urut. Saya dibikin terbengong ketika anak itu dengan amat lancar menyebut angka-angka acak tersebut secara benar. Lebih ajaib lagi ketika saya tanya baris ke 3 kolom 6 itu angka berapa? Anak itu dengan santainya menyebutkan secara benar. Pertanyaan sejenis saya ulang secara seenaknya, ternyata anak tersebut menebaknya tanpa salah. Luar biasa, bahkan ajaib!
Uji coba berikutnya adalah hafalan ayat beserta nomor dan maknanya, nama surat beserta nomor urut dan maknanya, asma'ul husna secara acak beserta nomor dan maknanya, nadham alfiyah Ibnu Malik yang sering membuat sebagian santri "sinting" karena saking sulitnya menghafal. Semua uji coba itu berlangsung dengan amat mencengangkan. Sebagai orang yang pernah menghafalkan Al-Qur'an dan asma'ul husna, saya hanya terkagum-kagum menyaksikan keajaiban ini. Allahu Akbar.
Dengan tetap memberikan penghargaan setinggi-tingginya pada "temuan" ajaib ini, saya merasa perlu merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Metode ini sangat layak diterapkan dan disebar luaskan sebagai salah satu metode alternatif belajar cepat.
2. Perlu ada observasi obyektif dan kontinyu dalam waktu yang cukup lama guna mencermati kemungkinan adanya temuan lain dari metode belajar "instan" ini.
3. Untuk menghafal Al-Qur'an 30 juz, perlu ada upaya sinergis antara metode ini dengan metode tahfidh Al-Qur'an yang selama ini mengandalkan "tempat" ayat dalam mush-haf khusus secara permanen.
Kepada suami-istri penulis buku ini saya ucapkan selamat atas "temuan" luar biasa anda berdua, moga-moga menjadi jariyah sebagai "ilmun yuntafa'u bihi". Kritik dan masukan dari berbagai pihak jangan dianggap sebagai penghalang, melainkan harus disikapi secara positif demi menyempurnakan "temuan" ini dengan mengurangi sedapat mungkin aspek negatifnya. Selamat dan semoga bermanfaat. Aaamin...
Surabaya, 30 Oktober 2009
AHMAD ZAHRO
Prof. Dr. KHM. ROEM ROWI, MA.
(Guru Besar IAIN Surabaya)
Sunnah Hasanah Menuju Permasyarakatan Nilai-Nilai Al-Qur’an
Dan Peng-Al-Qur’anan Masyarakat
Al-Qur’an diturunkan agar selalu dibaca oleh orang yang masih hidup dan juga agar menjadi pelajaran dan peringatan bagi orang yang hidup. Baik fisiknya maupun oak dan pikirannya (Q.S. 36:70). Bagaimana metode membacanya? Al-Qur’an tidak memberikan petunjuk tehnis tentang itu. Kaernya tehnis dan metode membacanya yang efektif menjadi bagian dari fastabiqul khairat antara kita. Satu hal yang pasti bahwa Al-Qur’an hanya memerintahkan membacanya dengan tartil. (Q.S. 73:3) dan Allah pun telah membacakannya dengan tartil (Q.S. 25:32). Serta menurunkannya pun dengan berahap bahkan sampai ± 22 tahun (Q.S. 17:107). Tartil secara populer dan salah kaprah hanya dimaknai sebagai membaca kebenaran bacaan, baik tajwid maupun fashahahnya serta perenungan dan penghayatan terhadap maknanya. Dan tentu itu tidak mungkin tercapai dalam bacaan yang tepat. Bahkan membaca itu sendiri dan apapun yang dibaca. Sebenarnya pastilah bermula dari proses pernghimpunan huruf demi huruf, kata informasi dan respon terhadapnya. Namun ironi, agaknya dalam kontek ini bagian tersebut.
Dalam sejarah turunnya Al-Qur’an, setiap ayat yang turun akan langsung dilahap dalam hafalan generasi awal umat Al-Qur’an, termasuk oleh Nabi Muhammad SAW. sendiri. Dan memang mereka dikenal sebagai bangsa yang dianugerahi Allah SWT. day ahafal dan daya ingat yang kuat dan mengagumkan. Namun mereka tidak hanya berhenti pada tahap hafalan saja. Mereka hayati dan mereka jabarkan setiap ayat tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hafalah pun semakin melekat. Al-Qur’an ditambah Al-Hadits menjadi satu-satunya sumebr informasi dan panduan kehidupan mereka tak ubahnya seperti koran dan media televisi saat ini. Out putnya sungguh dahsyat, spektakuler dan mencengangkan. Karena sejarah dunia mencatat dengan tinta emas bahwa hanya dalam kurun waktu ± 80 tahun umat tersebut telah mampu menguasai dunia Timur dan Barat. Dan memang begitulah apa yang dijanjikan oleh Al-Qur’an sendiri.
Lihat (Q.S. 7:24, 55, 7:96, 2:38, 20:123-124, dlsb). Masih ada faktor lain yang membuat mereka sudah menghafal, menghayati dan menjabarkannya, yaitu Al-Qur’an turun dengan bahasa mereka sendiri. Lain halnya dengan kita bangsa Indonesia yang non Arab dan tidak berbahasa Arab. Namun demikian, Al-Qur’an telah membimbing kita agar tidak mengenal sikap pesimis, (3:139, 12:87 dlsb), dan bahkan menjanjikan bahwa Allah SWT telah memberikan kemudahan kepada siapapun, asal untuk mengambil pelajaran dan petunjuknya (54:17 , 22, 32 dan 40). Pesantren Al-Qur’an madrasah maupun lembaga yang berkonsentrasi dalam pendidikan tahfidh (menghafal) Al-Qur’an di bumi nusantara, kiranya alhamdulillah cukup menggembirakan. Namun secara umum baru pada tahap penghafalan secara harfiah, belum beranjak ke tingkat pemaknaan, pendalaman kandungan, pentadabburan dan penghayatan, juga tidak sampai menjangakau sejarah, pokok kandungan dan nomor urut surah maupun ayat, apalagi dengan menghafal bolak-balik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas, yang konon dalam hal ini pada huffadh dari negara sahabat kita Iran sudah lama melakukannya.
Saya yakin bahwa “Methode Praktis Menghafal Cepat Abad 21" Model file komputer karya Sdri. Dra. Ida Hanif Mahmud, M.PdI dan Sdr. Drs. Hanifudin Mahadun, M.Ag. ini adalah temuan baru yang sangat layak diapresiasikan dan dimasyarakatkan di negeri kita tercinta ini, dan sangat tepat untuk mengisi kekosongan yang sampai saat ini masih terjadi di dunia Tahfidh Al-Qur’an kita. Besar harapan dan optimis saya, bila metode ini telah memasyarakat maka akan memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam membunyikan Al-Qur’an dan sekaligus mengantarkan umat ini kepada era kejayaannya kembali sebagai yang telah dicapai oleh generasi awal pendahulu kita. Kalau ada yang perlu saya ingatkan kepada para pembaca hanyalah bahwa Cerita di atas Terjemah Ayat tersebut hanyalah kode dan rumus tertentu yang berfungsi sebagai salah satu jurus untuk menguatkan daya ingat, bukan pemaknaan dan bahkan nyaris tidak berkaitan dengan kandungan ayat. Semoga dan mudah-mudahan pula akan menjadi sunnah hasanah serta jariyah bagi kedua penemuanya. Amin.
Surabaya, Jum’at 25 Syawal 1427 H/ 17 November 2006
H. M. ROEM ROWI
KH. Ir. Salahuddin Wahid
(Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jatim)
Saya menyambut baik terbitnya buku Tehnik Menghafal Kontemporer Al-Qur'an model file komputer, Tehnik Menghafal aL-Asma aL-Husna dan Tehnik Menghafal Alfiyyah Ibnu Malik karya sepasang ilmuwan Dra. Ida Hanif Mahmud, M.Pdi dan Drs. Hanifuddin Mahaddun, M.Ag terlebih mereka berasal dari lingkungan pondok pesantren Tebuireng, lembaga pendidikan tempat saya mengabdi sejak Juni 2006.
Sejauh saya tahu Al-Qur'an adalah satu-satunya kitab suci yang dihapalkan oleh banyak pengikutnya. Mungkin puluhan ribu jumlah hafidz Al-Qur'an yang saat ini ada di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan besarnya kecintaan umat Islam terhadap kitab suci Al-Qur'an. Dan juga menjadi cara yang efektif dalam upaya mencegah pemalsuan dan kesalahan dalam menerbitkan atau mencetak Al-Qur'an.
Metode penghafalan yang diuraikan oleh kedua penulis di dalam buku ini jelas akan sangat membantu umat Islam dalam menghafalkan surat-surat Al-Qur'an, aL-Asma aL-Husna dan Alfiyah Ibnu Malik. Hal ini akan menjadi fadhilah bagi yang menghafalnya.
Dalam dialog, penulis buku menerangkan bahwa metode menghafal yang dipakai ini berasal dari penemuan ilmuan non-muslim di Amerika Serikat. Para ilmuwan non-muslim berhasil menemukan berbagai hal yang ada didalam alam maupun didalam tubuh kita. Artinya saat ini mereka lebih mampu dibanding ilmuwan muslim dalam mengkaji dan menafsirkan ayat-ayat kauniyah dibanding ilmuwan muslim. Berbeda dengan kita.
Ilmuwan muslim pada abad-abad awal hijriyah mampu mengkaji dan menafsirkan ayat-ayat kauniyah dan juga sekaligus ayat-ayat Al-Qur'an.
Penemuan ilmuwan non-muslim yang merupakan buku ketekunan dan keberhasilan mereka dalam mengkaji dan menafsirkan ayat-ayat kauniyah amat baik dan bermanfaat bagi umat manusia. Salah satunya ialah kemampuan menghasilkan penemuan dalam bidang teknologi informatika, yang dapat kita nikmati antara lain dalam bentuk komputer dan telepon seluler.
Kita tidak perlu mempertentangkan ilmu agama dan non agama. Ilmu Allah sungguh amat luas yang diturunkan kepada manusia melalui Al-Qur'an dan alam seisinya termasuk diri kita, baik fisik kita maupun jiwa dan perilaku kita dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Allah SWT. Memerintahkan kita untuk mengkaji ilmu Allah yang terbentang luas di hadapkan kita. Mempelajari ilmu apapun kalau diniatkan untuk memper-oleh ridho Allah akan menjadi amal sholeh.
Kita perlu mendorong upaya menghafal Al-Qur'an sekaligus juga mendorong untuk memahami maknanya dan menafsirkannya untuk kemajuan dan kesejahteraan umat manusia. Kita juga perlu mendorong mereka yang terdidik untuk mempelajari alam, manusia dan mewujudkan masyarakat yang ideal sesuai dengan perintah agama.
Kita paham kalau kita tertinggal dalam mempelajari alam semesta. Tetapi banyak dari kita tidak paham kalau kita juga gagal dalam mewujudkan masyarakat yang anggotanya saling percaya dan mengutamakan kejujuran. Semoga kita tidak hanya pandai menghapal dan mengumandangkan ayat-ayat Al-Qur'an tetapi juga pandai menerapkan ajarannya di alam kehidupan masyarakat.
Jombang, 29 Oktober 2009
KH. Ir. SALAHUDIN WAHID